Pengorbanan Seorang Istri
Saya menyaksikan ini saat
Jumatan. Seusai sholat, para jemaah dihalang hujan deras yang menyulitkan
mereka untuk kembali ke rumah masing-masing.
Sebagian besar jamaah
menunggu hujan agak reda di emperan masjid, termasuk aku dan Mas Wiwid, namun
tak jarang juga ada yang nekat menerjang hujan untuk pulang, mungkin mereka
tergesa-gesa karena lapar, karena ingin menonton tom and jerry, atau
tergesa-gesa karena lupa mengangkat jemuran celana dalam kesayangan mereka.
Yah, semua orang punya kesibukkannya tersendiri, dan saya tidak boleh terlalu
iku campur dengan itu.
Ditengah kesibukkan itu,
ada seorang ibu-ibu berdiri di halaman masjid dibawah derasnya hujan dan angin
yang membawa dua buah payungdara, eh, maksud saya PAYUNG! Iya, PAYUNG! , satu
dipakainya, yang satunya lagi digenggam erat ditangannya, cara menggenggam
payung itu kurasa menunjukkan bagaimana cara dia menggennggam “anu” suaminya
*udah deh!*
Awalnya saya kira dia
seorang tukang ojek payung yang menjajakan jasanya, saya lihat dia clingak
clinguk melihat kedalam masjid, setelah puluhan celingukkan ia lakukan,
akhirnya ada seorang laki-laki mendekatinya, saya bisa menerjemahkan apa yang
mereka bicarakan meskipun saya tidak mendengarnya, kira-kira begini
“cari siapa Bu?”
“Suami saya ada Pak lek?”
“Oh, suami ibu sudah
pulang, tadi lewat pintu belakang masjid” jawab seorang laki-laki sambil
menunjuk pintu belakang
“Oh, ya sudah, makasih
pak, monggo......” Ibu itu berpamitan pulang.
Ternyata itu payung buat
suaminya! Subhanallah, saya pingin banget punya istri kayak Ibu-ibu tadi, kalo
bisa, saya pengen punya istri empat yang semuanya berhati mulia seperti Ibu-ibu
tadi.
Comments
Post a Comment