Just the Beginning of Terrible Friday!

Penanaman Mangrove oleh pemuda di Desa Tajung Rejo kecamatan Ujungpangkah, Gresik berujung maut dengan meninggalnya tiga orang mahasiswa.

             Ini hari kamis, sekaligus hari terakhir puasa nadzar setelah tiga hari berturut turut melakukannya dengan Aan. Hari mulai sore, suasana kebahagiaan orang berpuasa semakin terasa. Aku dan Fandhi masih sibuk membantu Ma'el untuk membersihkan kamar mandi sekolah yang dirombak ulang untuk diakreditasi beberapa minggu kedepan. Kemudian aku membantu menyapu area depan pendopo pondok, pekerjaanku baru saja selesai ketika sam memanggilku dan Aan yang sedang duduk manis di emperan masjid untuk ikut dengannya naik Tossa menuju ke kecamatan untuk mengangkut bambu.

             Saat melewati jalan Sitarda menuju kantor kecamatan, ternyata jalan diblokir. Ada spanduk besar diantara dua tiang listrik yang menjulang ke atas "Selamat datang di Ujungpangkah, Tanahnya para Pendekar!". setelah melihat lihat dan mencari jalan alternatif sampailah kami ke kantor kecamatan Ujungpangkah. Ternyata bambu itu diangkut untuk dipindahkan ke desa Tajung Rejo, guna keperluan acara penanaman Mangrove besok yang insyaAllah dihadiri oleh bupati dan wakil bupati Gresik. Setelah itu kami pulang (tanpa diberi uang bensin, namun cukup diberi kebahagiaan). menyiapkan makan untuk buka nanti maghrib. lalu mandi dan bersiap untuk berbuka.

             Maghrib akhirnya berkumandang seantero desa. setelah usai menenggak seteguk air segar dari gentong masjid, Aku dan Aan masuk ke dapur dan mengambil makanan yang sudah kita siapkan tadi. Fandhi tak ikut makan karena lauknya (yang hanya terdiri dari kangkung dan tahu) sudah basi dan terasa pahit. sekejam apapun lauk kali ini, tidak akan mengurang nafsu makan orang yang berpuasa sedikitpun. Inilah kelebihan orang berpuasa, hahaha. Namun akhirnya makanan tak habis, lauk dibuang dan nasi disimpan kembali.

          Setelah melakukan kebiasaan sehabis maghrib yakni sholat dan mengaji, kami kembali memakan nasi yang disimpan tadi dengan membeli lauk gimbal dari mak ndik. lalu kami keluar menuju jalan Sitarda yang mulai rame. ternyata benar, panggung besar yang dibuat seadanya berdiri tegak di tengah jalan yang diblokir untuk kendaraan itu. Ada festival pencak silat yang cukup meriah. SMK Roudlotul hikmah pun ambil bagian untuk mempertontonkan aksinya. Yang paling ekstrem semasa pertunjukan adalah saat Abah Lathief, selaku pengasuh pondok pesantren Roudlotul hikmah (sekaligus kyai saya) maju ke atas pentas dan mempertontonkan gaya ilmu tenaga dalamnya yang tidak mempan untuk ditusuk dengan pisau meskipun pakaian yang dikenanannya sedikit robek.

            Pagelaran pencak itu terus berlangsung hingga pukul satu dini hari. Kursi yang tadi dijejali sesak oleh para penonton kini lenggang. hanya terlihat beberapa pemuda yang masih punya antusias untuk menonton. kami bertiga ngantuk, namun tak ingin beranjak pulang. kami memposisikan kursi senyaman mungkin. kami terlelap diantara keramaian gendang dan sholawatan yang terus dilantunkan. aku melihat jam di handphoneku, sudah menunjukan pukul 01:13 ah, sudah hari Jumat rupanya. Sudah hari jumat. Jumat yang aneh dimulai saat ini.






















Comments

Popular posts from this blog

Tugas IPS: identifikasi unsur budaya suku Amungme di Timika, Papua

Bokep, Oh... Bokep..